Kerajaan Islam di Indonesia – Pasang surut yang dialami kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara menjadi tonggak awal berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Kerajaan Islam di Indonesia memiliki andil yang besar dalam proses penyebaran agama Islam di Nusantara.
Kerajaan-kerajaan ini menjadi umumnya menjadi pendukung dan pelindung bagi penyebaran Islam di Nusantara.
Hal ini disebabkan karena agama Islam mampu menjadi solusi dari persoalan-persoalan yang terjadi didalam masyarakat.
Masuknya Agama Islam di Nusantara membawa dampak yang sangat nyata dalam perubahan kehidupan sosial masyarakat menjadi semakin baik.
Perubahan sosial yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat inilah yang mempengaruhi pergeseran keyakinan keagamaan dari keyakinan sebelumnya menjadi yakin terhadap agama Islam.
Kejayaan kerajaan Islam di nusantara dimulai dari abad ke-13 sampai abad ke-16 bahkan hingga sampai sekarang.
Munculnya kerajaan-kerajaan islam ini sedikit banyak dipengaruhi oleh para pedagang yang datang dari Arab, India, Persia, Tiongkok, dll.
Berikut nama kerajaan islam di indonesia yang pernah berjaya dan menyebarkan agama islam di pelosok nusantar:
Kerajaan Islam di Indonesia – “Kesultanan Samudera Pasai” Sang Penguasa Jalur Perdagangan
Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang pertama di indonesia. kerajaan ini mulai ada sejak abad ke-13, terletak di wilayah Aceh utara tepatnya di kabupaten Lhoksumawe.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Situ yang lebih dikenal dengan nama Sultan Malik As-Saleh sekitar tahun 1267.
Pada tahun 1927 Sultan Malik Al-Saleh wafat yang kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mahmud.
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan islam di indonesia yang memegang bandar utama pelabuhan dengan posisi yang sangat strategis di jalur perdagangan antar negara.
Oleh karena itu kerajaan ini menjadi salah satu pusat perdagangan yang kemudian juga dijadikan sebagai pusat pengembangan agama Islam pada saat itu.
Kejayaan Kesultanan Samudera Pasai didapatkan melalui usaha perdagangan yang saat itu dipimpin oleh Sultam Malik az-Zahir yang pertama kali memperkenalkan koin emas sebagai mata uang di Kesultanan Pasai.
Pada Masa kepemimpinan Sultan Ahmad Kesultanan Samudera Pasai pernah mendapatkan kunjungan dari seorang utusan dari Sultan Delhi yaitu Ibnu Bathtutha yang akhirnya banyak menceritakan tentang Kesultanan Samudera padai.
Selain Ibnu Bhatutha dari Delhi, Kesultanan Samudera Pasai juga pernah beberapa kali mendapat kunjungan dari Laksamana Cheng Ho Yang salah satunya membawa hadiah dari Kaisar Cina.
Kesultanan Ternate – Kerajaan Islam di Indonesia yang Menumpas Portugis Hingga ke Akar-Akarnya

Dari urutan nama – nama kerajaan islam di indonesia, kesultanan Ternate adalah kerajaan islam tertua kedua di Indonesia setelah kesultanan Samudera Pasai.
Kesultanan Ternate berdiri sekitar abad ke-13 Masehi. Pada saat itu Di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan namun kerajaan Ternate lah yang paling maju diantara semua kerajaan yang ada.
Islam Mulai berkembang di Ternate pada abad ke 14 yang kemudian mengubah kerajaan Ternate menjadi kerajaan Islam.
Kekayaan alam yang dimiliki oleh kerajaan Ternate menarik portugis untuk datang berdagang di wilayah kerajaan Ternante.
Namun kedatangan mereka tidak disambut baik oleh rakyat Ternate. Hal ini disebabkan oleh politik dagang yang dilakukan oleh portugis yang menggunakan sistem monopoli.
Selain itu mereka juga sering berbuat onar dan bertindak sewenang-wenang dan bahkan ikut mencampuri urusan dalam negeri kerajaan Ternate.
Hal tersebut akhirnya memicu terjadinya perang antara kerajaan Ternate dan para penjajah dari portugis.
Pada tahun 1570 portugis mengajukan perundingan damai dengan kerajaan Ternate yang ternyata hanya merupakan tipuan yang menjebak sultan Ternate sehingga menyebabkan sultan Ternate tewas dibunuh oleh pasukan Portugis.
sultan Ternate yang wafat selanjutnya digantikan oleh Sultan Baabullah yang merupakan anak dari sultan Ternate.
Penghianatan yang dilakukan oleh portugis menimbulkan kemarahan bagi rakyat Maluku yang akhirnya membakar semangat rakyat Maluku bertempur habis habisan melawan Potugis.
Perang pun berkobar selama empat tahun yaitu pada tahun 1570 – 1574 yang dipimpin langsung oleh Sultan Baabullah.
Besarnya semangat juang yang dimiliki oleh masyarakat Maluku ini membuat pasukan portugis kewalahan dan terdesak.
Benteng Portugis akhirnya berhasil dikuasai dan memaksa para penjajah portugis meninggalkan tanah Maluku untuk selamanya.
pada saat itulah kerajaan islam di indonesia ini mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Pagaruyung Kerajaan Islam di Indonesia Dari Tanah Minang

Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan melayu yang berada di sekitar wilayah sumatra barat.
Belum ada yang mengetahui dengan pasti kapan berdirinya kerajaan ini. Namun dari beberapa rujukan yang ada mengatakan bahwa kerajaan ini didirikan oleh Adityawarman.
Sejarah masuknya Islam di wilayah Pagaruyung dimulai pada abad ke-14 masehi yang sebelumnya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu.
namun perkembangannya tidak secepat kerajaan islam di indonesia lainnya yang berada di daerah yang lain.
Dari catatan sejarah yang di temukan, mencatat bahwa dari ke tiga raja yang memimpin Minangkabau hanya satu yang menjadi muslim.
Perkembangan ajaran Islam di Pagaruyung mulai terlihat pada abad ke-16 Masehi. Yang dibawa oleh para musafir dan guru-guru agama yang menyinggahi aceh dan malaka.
Menurut sejarah ajaran Islam di kerajaan Pagaruyung pertama kali disebarkan oleh Syaikh Burhanuddin Ulakan.
Syech Burhanuddin Ulkan adalah salah satu murid dari seorang ulama tersohor dari aceh yang bernama Syech Abdurrauf Singkil atau Tengku Syiah Kuala.
Kerajaan Pagarayung akhirnya benar-benar berubah menjadi Kerajaan Islam pada abad ke-17 dengan raja pertamanya yang beragama Islam bernama Sultan Alif.
Dengan berubahnya Kerajaan Pagaruyung menjadi Kesultanan Islam maka segala aturan-aturan adat yang tidak sejalan dengan aturan agama Islam perlahan-lahan mulai di hilangkan dan digantikan dengan aturan-aturan yang syariyah.
Namun perubahan aturan ini tidak berjalan mulus sebab banyak mendapat tentangan dari para pemangku adat.
Tentangan demi pertentangan yang muncul dalam penegakan aturan Islam akhirnya memicu terjadinya perang saudara antara ulama dan pemangku adat yang disebut perang Padri.
Perang Padri inilah yang kemudian dimanfaatkan belanda dengan mengambil kesempatan ikut berperang melawan kerajaan.
Kerajaan Islam di Indonesia – Kesultanan Aceh, Kesultanan Dengan Ribuan Pejuang Tangguh

Kerajaan aceh adalah kerajaan selanjutnya dari jajaran nama kerajaan islam di indonesia yang pernah berjaya di Nusantara.
Di abad ke-16 setelah kerajaan Malaka berhasil ditaklukkan oleh portugis, muncullah kerajaan Aceh sebagai sebuah kekuatan baru di selat Malaka.
Setelah jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan Portugis, Para pedagang Islam memindahkan jalur perniagaan mereka ke bandar-bandar lainnya di berbagai wilayah di seluruh nusantara.
Kejayaan Kesultanan Aceh dicapai saat kesultanan ini dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1636.
Kejayaan Kesultanan Aceh ini umumnya dicapai melalui perdagangan. Dimana saat itu peran malaka yang sebelumnya sebagai pusat perdagangan dari beberapa negara diambil alih oleh kesultanan Aceh.
Disisi lain, Sultan Iskandar Muda juga melakukan penaklukan di wilayah-wilayah sekitar Aceh seperti di daerah Deli, Bintan, Kampar, Perak, Pariaman, Minang, Pahang, serta Kedang.
Perkembangan agama Islam di aceh mencapai punckanya pada saat Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan iskandar Sani Muda sepeninggalan Sultan Iskandar Muda.
Sultan Iskandar Sani adalah Menantu dari Iskandar Muda.
Berbeda dengan Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Sani tidak lagi mengutamakan ekspansi ke luar negeri. Iskandar Sani lebih mengutamakan pembangunan dalam negerinya.
Meskipun masa pemerintahannya tidak lama, Sultan Iskandar Sani berhasil membawa rakyatnya kedalam kondisi yang damai dan sejahtera.
Hukum syariat di jalankan,serta jalinan komunikasi dengan daerah-daerah jajahan sebelumnya dilakukan dengan pendakatan politik bukan dengan kekuatan militer.
Pada masa inilah Aceh menjadi salah satu kerajaan islam di indonesia yang menjadi pusat perkembangan agam Islam. Saat itu Ilmu-ilmu islam di Aceh berkembang dengan sangat pesat.
Hal ini di tandai dengan kehadiran Nuruddin ar-Raniri yang merupakan seorang pemimpin tarekat yang berasal dari daerah Gujarat di India.
Nuruddin ar-Raniri pun diangkat menjadi penasehat kesultanan Aceh.
Namun setelah kondisi diatas tercapai, bukan berarti perjalanan kesultanan Aceh berjalan mulus.
seiring berjalannya waktu, kerajaan aceh pernah di terpa pertikaian internal antara sultan Aceh Saiful Alam dengan Jawharul Alam Aminuddin yang kemudian dimenangkan oleh Aminuddin yang kemudian mejadi sultan Aceh.
Pada tahun 1873 Kesultanan Aceh mendapatkan serangan dari pasukan belanda yang sedang melakukan ekspansi di wilayah ke daerah Aceh.
Sejak saat itu Aceh terlibat perang yang cukup panjang dengan belanda yang akhirnya melahirkan banyak pejuang-pejuang tangguh seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan Panglima Polim.
Kesultanan Banten – Keajaan Islam di Indonensia Pengendali Pusat Perdagangan Jawa

Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang menonjol dan berpengaruh besar pada perkembangan Islam di tanah Jawa.
Kerajaan ini terletak di daerah pesisir bagian barat pulau jawa. Pada awalnya kesultanan Banten berada dibawah kendali Kerajaan Demak.
pada tahun 1525 Sultan Trenggono dari kerajaan Demak mengutus Syarif Hidayatullah untuk melakukan ekspansi wilayah ke daerah Banten.
Ekspansi itu selain bertujuan untuk memperluas wilayah kekuasaan juga membawa misi menyebarkan ajaran agama Islam.
Banten awalnya hanyalah sebuah sebuah wilayah kadipaten. Perkembangan ajaran Islam di wilayah itu diiring dengan perkembangan Banten hingga menjadi negara bagian Demak.
Yang kemudian memerdekakan diri menjadi Kesultanan Banten setelah kerajaan demak mengalami pelemahan setelah ditaklukkan oleh kerajaan Pajang.
Pemimpin Kesultanan banten yang pertama bernama Sultan Hasanuddin yang memegang kendali Banten selama 48 tahun yaitu periode 1522-1570.
Dalam perjalanan kepemimpinannya sebagai sultan Banten, Sultan Hasanuddin berhasil menjadikan Kesultanan Banten sebagai kerajaan islam di indonesia yang mengendalikan pusat perdagangan.
Selanjutnya, sultan Banten kemudian melakukan ekspansi perluasan wilayah hingga ke daerah lampung.
Sultan Hasanuddin meniggal pada tahun 1570 yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Maulana Yusuf yang berhasil meneruskan kejayaan Kesultanan banten dengan menaklulkkan kerajaan Padjadjaran.
Puncak kejayaan kesultanan Banten terjadi saat dibawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil membangun armada dengan menduplikasi cara Eropa serta mempekerjakan pekerja Eropa.
Banten menjadi pusat perdagangan dengan salah satunya dengan menguasai rempah-rempah di yang ada di daerah Lampung.
Namun sayangnya kejayaan kesultanan Banten terusik dengan tindakan penjaja belanda yang mengusik setiap kapal dagang yang akan menuju Banten dengan melakukan blokade laut.
Selain gangguan dari luar, Kesultanan Banten juga mendapatkan gangguan dari Internal Kerajaan berupa perebutan kekuasaan yang mengakibatkan kesultanan Banten semakin melemah.
Kesultanan Cirebon Penyebar Agama Islam di Jawa Barat

Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam yang juga memiliki peran penting dalam proses penyebatan agama Islam di pulau Jawa.
Kesultanan Cirebon berdiri antara abad ke-15 dan 16 Masehi. Kesultanan memegang peran penting dalam simpul perdagangan antar pulau di Nusantara.
Hal tersebut disebabkan oleh posisi kesultanan Cirebon yang terletak di perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat.
Posisinya yang sangat strategis itu mejadikannya sebagai pelabuhan penghubung yang menjembatani dua kebudayaan yaitu kebudayaan Jawa dan kebudayaan Sunda.
Kesultanan Cirebon dibangun di Dalem Agung Pakungwati sekaligus menjadi pusat pemerintahan kesultanan Cirebon yaitu Keraton Kesepuhan Cirebon.
Dahulu sebelum Cirebon merdeka dan menjadi salah satu kerajaan islam di indonesia, Cirebon merupakan daerah yang berada dibawa otoritas pakuan padjadjaran.
Kerajaan Padjdjaran menempatkan Walangsungsang sebagai juru labuan di wilayah Cirebon yang diberi gelar Cakrabumi.
Namun, Seiring berjalannya kekuatan kesultanan Cirebon semakin meningkat. Akhirnya setelah merasa cukup kuat, Walangsungsang akhirnya memproklamasikan kemerdekaan kesultanan Cirebon.
Kemerdekaan kesultanan Cirebon akhirnya menambah lagi satu nama baru dari nama – nama kerajaan islam di indonesia.
Setelah Cirebon berdiri sendiri, Walangsungsan dan Nyai Rara santang berangkat ke Makkah untuk melaksanakan Ibadah Haji.
Setelah melaksanakan Ibadah Haji Walangsungsang memindahkan pusat pemerintahan ke Lemahwungkuk yang telah berdiri keraton baru bernama Pakungwati.
Dengan menjadi pemegang simpul perdagangan nusantara serta limpahan sumber daya alam yang dimiliki, Kesultanan Cirebon kemudian menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama islam di Jawa Barat.
Itulah cerita kejayaan 6 kerajaan Islam di Indonesia yang membawa agama Islam hingga puncak kejayaannya. Selain dari enam keajaan diatas, masih banyak lagi kerajaan islam yang lain di nusantara yang menjadi tonggak utama dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia.
1 thought on “Kisah 6 kerajaan islam terbesar di indonesia Yang Membawa Islam Hingga Puncak Kejayaan”